Powered By Blogger

Mengenai Saya

Foto saya
Malang donk!!!, Jawa timur, Indonesia
aku tu orang bagaimana ya... yang pastinya cantiq deh he...he...he...

siapa cewek yang paling cantik?

Kamis, 07 Januari 2010

chapter one

Bab 1
Gara-gara bola


Gadis manis bernama Reisya itu berdiri ditengah lapangan futsal. Rambutnya yang panjang sampai pinggang dikuncir jadi satu mirip buntut kuda dengan asal-asalan, tubuhnya berpeluh keringat. Tapi sama sekali tidak mengurangi keimutannya. Dengan lincah di menggiring bola melewati 3 orang cowok dihadapannya. Dengan sangat gesit dia dapat menerobos pertahanan lawan dan menendang langsung ke gawang. Sang penjaga gawang tak berkutik. Bola itu berguling masuk ke gawang.
“GOL!!!!”teriak Rei.
“Hebat!”kata Rivan sambil tersenyum. Cowok cakep itu berjalan menghampiri Rei.
Rei memicingkan matanya melihat cowok itu dengan pandangan curiga.
“Kau ini aneh, tim mu kalah, kenapa kau malah tersenyum?”Tanya Rei bingung.
Rivan tertawa.
“Karena kami terlalu terpesona dengan penampilanmu makanya kami tidak berkutik saat kau menendang,”kata Rivan sambil tersenyum.
Rei tertawa mendengar jawaban Rivan itu. Dia memukul cowok itu pelan.
“Dasar gombal! Berapa cewek yang sudah mendengar kalimat itu darimu?”Tanya Rei.
Rivan tersenyum.
“Percayalah baru kau, Karena baru kaulah cewek yang berani menantang tim kami,”katanya lagi.
Rei tertawa lagi mendengarnya. Rivan memang terkenal sebagai cowok gombal, sok keren dan playboy jadi Rei tidak akan mengambi hati kata-kata cowok itu.
“Oke, kita istirahat dulu 15 menit ya teman-teman,”kata Rivan pada teman-teman main bola mereka yang lain. Mereka tampak kelelahan dan setuju dengan usulan Rivan itu.
Rei tersenyum dan menghampiri bangku penonton. Di sana puluhan cewek bersorak sorai mengelu-elkan nama Rivan. Di antara penonton itu, Rei melihat Rena sahabatnya duduk dan menunggunya.
“Wah, kau hebat juga ya Rei, kau membuat cowok-cowok itu kelabakan, kalau kau tidak berambut panjang mungkin aku tidak akan sadar kalau kau cewek, Ini minummu,”kata Rena. Cewek itu menyerahkan sebotol minuman pada rei.
Rei tersenyum.
“Terimakasih,”jawab Rei sambil menerima botol itu kemudian meneguknya.
HP Rei tiba-tiba berdering. Rei merogoh saku celananya dan melihat nama Tante Mira tertera di Display Hpnya. Rei menekan tombol answer dan menjawab telepon itu.
“Ya Tante, ada apa?” Tanya Rei.
“Rei, kamu ada di mana sekarang sayang?”Tanya Tante Mira. Wanita berusia 25 tahun itu terdengar panik dari suaranya.
“Di tempat biasa Tante, lagi main futsal,”jawab Rei.
“Aduh sayang, mendingan kamu pulang sekarang ya,” Pinta Tante Mira.
“Kenapa Tante? Mainnya belum selesai nih, baru setengah pertandingan,”
“Kakekmu mau pulang sayang,”
Rei terbelalak mendengar kata-kata Tante Mira itu.
“Apa? Ya udah Tante tenang aja ya, Rei pulang sekarang, iya,iya, da Tante!”
Rei mematikan Hpnya lalu memandang Rena dengan panik.
“Ada apa?”Tanya Rena bingung.
“Kakek ku pulang,” Jawab Rei
“Apa?” Kata Rena.
“Oke kalau gitu sekarang aku pulang dulu ya,”kata Rei.
“Iya, apa perlu kuantar?”Tanya Rena.
“Tidak sudah, aku naik taksi saja,” Kata Rei masih dengan panik dia mengenakan tas punggungnya.
Rei menoleh pada beberapa orang cowok yang masih beridiri di lapangan bersiap untuk memulai pertandingan kembali. Kebetulan saat Rei menoleh, Rivan sedang memandang ke arahnya. Rei segera melambaikan tangan pada cowok itu
“Van, aku pulang dulu ya, pertandingannya kita lanjutkan lain kali saja,”teriak Rei.
Rivan tampak bingung dengan kata-kata Rei itu, tapi dia tersenyum dan mengangguk.
Segera saja Rei berlari dari tempat itu dengan kecepatan maksimal. Tak sampai 5 menit dia sudah berada di luar gedung lapangan futsal itu. Rei berdiri dengan tegang dang segera menghentikan taksi yang lewat untuk pulang ke rumah.


Cowok bernama Andre Wijaya itu berjalan mondar-mandir di kamarnya yang sangat luas dan mewah bak kamar raja. Kamar itu kira-kira luasnya 10X10 m, ada sebuah ranjang double bed di tengah ruangan, berbagai macam perabotan mewah dan lengkap ada disana, karpet mewah yang indah menghiasi setia sudut ruangan, dan dinding kamar yang terukir dari batu marmer menambah keindahan tempat itu. Namun semua jendela dan pintu tertutup dan berteralis bagai di penjara. Hanya lubang-lupang fentilasi kecil yang tak bisa dilewi anak kecillah yang tetap terbuka untuk memberikan kesejukan di dalam ruangan.
Tinggi cowok itu sekitar 180cm, badannya atletis dan wajahnya lumayan cakep, yang menjadi cirri khasnya adalah rambutnya yang selalu berdiri seperti landak dan kulitnya yang coklat banget alias agak hitam. Andre memandang ke luar jendela. Sekitar 20 orang body guard berdiri mengelilingi kamarnya. Andre mendesah putus asa dan membaringkan dirinya di atas ranjang dengan pasrah. Dering hp yang berada di sampingnya diatas ranjang membuat perhatiannya teralih. Diraihnya HP itu, Nama Kevin sahabatnya tertera di display HP-nya.
“Apa?”Tanya Andre dengan nada marah saat HP itu sudah menempel ditelinganya.
“Kenapa kau galak begitu? Sebentar lagi kita tidak akan bertemu sayang, kau akan pergi ke Amerika dan meninggalkan aku sendiri di sini, tidak bisakah kau bersikap sedikit lebih manis padaku?” Tanya suara jahil dari dalam HP Andre itu.
Andre mendengus sebal.
“Tidak lucu Kev,” katanya kesal.
Suara tawa yang renyah terdengar dari ujung telepon. Membuat Andre makin kesal saja.
“Kututup nih!” Kata Andre kesal.
Kevin menghentikan tawanya.
“Santai bung! Aku hanya ingin mendengar suaramu karena mulai besok kita tidak akan bertemu lagi kan,”kata Kevin berupaya menahan suara tawanya.
Andre menghela nafas panjang.
“Aku tidak mau pergi ke sana Kev, aku tidak mau pergi ke Amerika,”
“Kenapa? Pasti menyenangkan kan bisa mendapat beasiswa di MIT University? Bersama Gita pacarmu yang cantik itu? Masa depanmu terjamin Dre, tidak pernah ada orang seberuntung kau di dunia ini, kau kaya, pintar dan punya pacar cantik, semua orang ingin sepertimu,”
“Semua orang tapi aku tidak!”kata Andre dengan nada marah. Dia mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk di atas ranjang.
“Tidak pernah ada satu hal pun yang benar-benar kuingingkan bisa kulakukan, aku ini hanya boneka bagi nenekku, setelah ini mungkin aku tidak akan pernah bisa menyentuh bola lagi,”kata Andre putus asa.
“Kalau begitu kabur saja,”kata Kevin santai.
Andre merebahkan diri ke atas ranjang kembali dengan kesal.
“Di depan ada 20 orang penjaga Kev, jika aku bisa kabur pasti sudah kulakukan dari tadi,”
“Tidak perlu sekarang kan? Besok kabur saja di Airport pasti lebih mudah, kau bisa minta bantuan pacarmu itu,” Kata Kevin.
Andre terdiam. Gita, itulah satu-satunya alasan dia bertahan untuk pergi ke Amerika. Karena dia sangat menyayangi gadis itu. Karena gadis itu sangat ingin bersekolah di sana. Dan Andre sudah berjanji tidak akan meninggalkannya.
“Aku tidak bisa Kev, aku… sudah berjanji akan selalu bersamanya, sekolah di Amerika adalah mimpinya, tujuan hidupnya, dan aku tidak bisa meninggalkan dia.” Kata Andre lirih.
“Bukannya kau juga punya impian? Apak kau sudah lupa?” Tanya Kevin. Suaranya yang dari tadi terdengar seperti gurauan kini berubah serius.
Andre terdiam mendengar kata-kata Kevin itu. Dia hanya diam tidak mampu menjawab pertanyaan Kevin itu.
“Sekarang coba kau pikirkan, mana yang lebih penting? Impianmu? Atau Pacarmu?”
Kevin menguap lebar begitu dia mengatakan kata-kata keren itu. Merusak suasana saja.
“Aku ngantuk sekali Dre, aku tidur dulu ya,”
Kevin langsung mematikan telepon sebelum mendengar jawaban dari Andre. Andre meletakkan HP itu di sebelahnya kemudian memejamkan mata.



Rei turun dari taksi yang berhenti di depan rumahnya yang cukup megah. Dia berjalan mengendap-endap ke belakang rumahnya. Tepat di hadapan kamarnya. Rei memanjat pagar rumahnya setinggi 3 meter itu tanpa kesulitan. Setelah sampai ke balik pagar Rei berjalan mengendap-endap melewati dapur yang untungnya tidak dikunci.
Rei masih mengendap-endap saat dia sampai di ruang tengah rumah yang mewah. Seluruh lantai dan dinding ruangan itu terbuat dari marmer. Perabotan-perabotan khas rumah mewah ada di sana. Rei berjalan pelan hendak menaiki tangga. Namun suara seorang pria menghentikan langkahnya.
“Dari mana saja kau?”
Rei menoleh ke belakang. Seorang pria tua berusia sekitar 60 tahun berdiri di sana masih dengan jas tuxedonya. Pria tua itu bernama Sujono, kakeknya. Sujono memandangnya dengan tatapan tajam. Tante Mira tantenya yang masih muda dan cantik juga berdiri di sana dengan bingung.
“Aku Tanya dari mana saja kau! Jawab!” Kata Sujono dengan nada tinggi.
“Ayah sudah!” Kata tante Mira.
“Diam kau Mira, jangan ikut campur!” teriak Sujono makin marah.
Rei memasang ekspresi datar di wajahnya dan menjawab pertanyaan Sujono.
“Aku pergi bermain bola, kenapa? Itu bukan urusan kakek kan?” Kata Rei.
Sujono menggeram marah.
“Kau! Main bola terus, mau jadi apa kau? Mau jadi pemain bola? Hei! Ingat kalau kau itu perempuan!”bentak Sujono kesal.
Rei tersentak kaget mendengar kata-kata itu dari mulut kakeknya. Bicara masalah Gender adalah hal yang sangat menjatuhkan harga dirinya dan kakeknya tahu betul akan hal itu.
“Kalau iya kenapa? Kalau aku mau aku bisa menjadi apa saja ku inginkan,”
“Seorang gadis bodoh sepertimu mau jadi pemain bola? Apa kau tidak pernah bercermin? Kau tidak akan pernah bisa menjadi apa pun!” Kata Sujono dengan nada tertawa.
“Baik!”
“Kakek lihat saja nanti, akan kutunjukkan bahwa aku bisa menjadi apa saja yang kuinginkan,” Kata Rei.
Rei berjalan menuju tangga tidak menghiraukan kata-kata dari kakeknya.
“Hei, mana ke mana kau aku masih belum selesai bicara!”teriak Sujono.
Rei tidak menggubris kata-kata kakeknya itu, dia masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
“Anak tidak tahu diri!”kata Sujono kesal.
Mira menghela nafas panjang melihat peristiwa itu.
“Ayah terlalu keras padanya,”kata Mira menasehati.
“Kalau tidak begitu dia tidak akan pernah membuka matanya,” kata Sujono beralasan.
“Ayahlah yang tidak pernah membuka mata!”kata Mira dengan nada meninggi karena kesal.
“Sekarang coba ayah ingat, kenapa ayah bisa membenci sepak bola yang dulu begitu ayah sukai!”
Sujono terdiam mendengar kata-kata Mira itu. Dia memilih melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Rei tadi yaitu masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu. Tante Mira hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.


Rei duduk di atas ranjangnya, gadis itu memeluk sebingkai foto sambil menangis tersedu-sedu. Dia melihat foto dalam pelukannya itu. Dalam foto itu ada 4 orang yang tersenyum. Seorang anak kecil berambut mirip laki-laki berusia 10 tahun yang sedang memegang bola sepak, seorang wanita berusia sekitar 15 tahun yang mirip sekali dengan Tante Mira yang masih mengenakan seragam SMA, pria berusia sekitar 32 tahun dengan seragam tim nas Indonesia , dan Sujono yang mengenakan pakaian santai. Empat orang dalam foto itu tersenyum lepas tanpa ada beban maupun paksaan.
“Ayah,, Aku sangat rindu, aku rindu sekali kepada kakek yang dulu, kenapa kakek berubah? Kenapa ayah pergi terlalu cepat?”Tanya Rei.
Rei mendekap foto itu dalam pelukannya dan menangis sepanjang malam…

certita gj

the finalty

Rei adalah putri almarhum mantan pemain sepakbola bernama Subagyo yang meninggal 6 tahun yang lalu karena cedera otak yang dideritanya saat bermain bola.Akibat kematian ayahnya itu,,

Kakek Rei, Sujono yang dulu juga adalah mantan pemain bola jadi sangat membenci bola karena menyalahkan bola atas kematian putranya. Rei sempat bertengkar hebat tentang maalah itu dengan kakeknya. dan untuk menyadarkan kakeknya Rei kabur dari rumah untuk menunjukkan pada kakeknya bahwa dirinya bisa bermain bola...

Di sekolah SMU E tempat Rei menyamar sebagai cowok,, Rei berteman dengan seorang cowok bernama Andre yang juga kabur dari rumah karena ingin mewujudkan impiannya menjadi pemain bola yang tidak didukung oleh neneknya.

tokoh-tokoh dalam cerita ini...

1. Reisya Wardana(Rei)
cewek yang tomboy, gak gampang menyerah, selalu penuh semangat, omong besar tapi dak bisa apa-apa. pendek danwajahnya imut kaya cewek,, memang cewek sih...
2. Andre
cowok teman satu team, satu kelas dan sekamar Rei... yang tinggi, item, kekar, atletis dan sangat menyebalkan bagi Rei,, tapi dia juga sangat perhatian dan selalu ada si saat Rei susah...